Assalamu'alaikum

header ads

Ini Manusia Yang Mirip Iblis

Mungkin, jika kita membaca judul tulisan ini maka kita akan heran, siapa gerangan yang mirip dengan Iblis? Jika ada, siapa namanya? Dimana orang yang mirip dengan Iblis itu tinggal, di pulau Jawa kah, di pulau Lombok kah, atau di kota Banjarmasin kah? Apakah penulis sendiri pernah melihatnya langsung?

Sebenarnya, orang yang mirip dengan Iblis itu bisa berada kapan dan dimana saja. Anda tidak perlu repot mencarinya. Bahkan, bukan tidak mungkin orangnya ada disekitar Anda.

Mirip dengan Iblis bukan berarti mirip secara rupa dan fisik. Akan tetapi, bisa pula mirip secara sifat dan perangai. Sungguh mengerikan bukan? Iblis berwujud manusia. Semoga kita tidak bertemu dengan orang seperti ini. Karena pada hakikatnya, manusia itu tercipta dengan sifat bawaan untuk mencintai kebaikan.

Tidak ada yang menginginkan dirinya menyerupai Iblis dari segi sifat dan perangai. Namun terkadang, dari hari ke hari manusia tidak sadar bahwa sifat buruknya semakin mirip dengan sifat Iblis.


Pernah mendengar kisah Iblis yang iri dengan Nabi Adam? Kesalahan fatal yang membuatnya dikeluarkan dari Surga. Kesalahan yang membuatnya sengsara selamanya. Kesalahan itu ialah iri (hasad) dengan nikmat yang diterima oleh Nabi Adam.

Namun kita tidak sedang membahas kisah ini, tapi kita sedang mengurai ucapan seorang ulama yang terkenal di jamannya hingga saat ini. Seorang ulama yang sangat mumpuni ilmunya. Terlebih di bidang amalan hati dan penyakitnya. Dialah Muhammad bin Abu Bakr, atau yang lebih dikenal dengan panggilan Ibnul Qayyim Aljauziyah. Seorang murid dari seorang ulama yang terkenal pula, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.

Ibnul Qayyim berkata: "Seorang pendengki itu mirip dengan Iblis. Pada hakikatnya, dia adalah pengikut Iblis. Karena dia berusaha untuk merusak tatanan kehidupan manusia, berharap nikmat-nikmat Allah hilang dari mereka, dan ini tentu sangat disukai Iblis. Layaknya dahulu, Iblis mendengki Adam karena keutamaan dan nikmat yang dimilikinya (Adam), dan karena hasad (dengki) itulah yang membuatnya enggan untuk bersujud. Oleh sebab itu, setiap pendengki termasuk pengikut Iblis". [Bada'iul Fawaid (2/ 234)]

Hasad adalah kemaksiatan yang pertama kali muncul, baik itu di langit maupun di bumi. Maksiat yang menjadi awal  kehancuran pelakunya. Menurut Ibnu 'Athiyah, "Kemaksiatan kepada Allah yang pertama kali ada ialah hasad, dan yang pertama kali melakukannya adalah Iblis". [Almuharrarul Wajiz (3/ 469)]

Sebagian Salaf berkata: "Hasad itu adalah maksiat yang pertama kali muncul di langit, hasad Iblis kepada Nabi Adam. Dan maksiat yang pertama kali ada di muka bumi juga hasad, hasad putera Nabi Adam kepada saudaranya sendiri". [Adabbud Dunya wad Din (176)]

Warning Seputar Hasad
Hasad adalah sifat yang sangat tercela dan dibenci. Tidak sedikit ayat Alquran dan hadits Nabi yang mencela sifat jelek ini. Berikut ini saya sebutkan sebagian bukti dari dua pedoman hidup kita, kitabullah dan sunnah nabawiyah:

1.      Larangan Tegas di surat Annisa: 32
وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا.

Artinya: "Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang Allah lebihkan kepada sebahagian kamu dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu".

Imam Qurthubi berkomentar: "Hasad itu tercela, pelakunya akan senantiasa gelisah. Ia (hasad) akan menghanguskan pahala kebaikan seperti api yang melahap habis kayu bakar. Konon, hasad pula lah dosa pertama kali yang dilakukan di atas langit sana dan dosa yang pertama muncul di muka bumi. Kalau di atas langit sana maka itu hasad Iblis kepada Adam. Adapun di muka bumi maka itu hasad Qabil terhadap Habil". [Aljami' Li Ahkamil Quran (5/ 250)]

2.      Celaan di ayat 54 dari surat yang sama
أَمْ يَحْسُدُونَ النَّاسَ عَلَى مَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ فَقَدْ آتَيْنَا آلَ إِبْرَاهِيمَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَآتَيْنَاهُمْ مُلْكًا عَظِيمًا.

Artinya: "ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya? Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar".

Imam Qurthubi juga mengomentari ayat ini, beliau berkata: "Tidak lain, inilah hasad yang sangat dicela oleh Allah Ta'ala". [Aljami' Li Ahkamil Quran (5/ 163)]

3.      Berlindung Dari Si Hasad di Surat Alfalaq
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ. مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ. وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ. وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ. وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ.

Artinya: "Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki".

Husain bin Fadl berkata: "Allah menyebutkan semua sumber kejelekan di surat ini dan mengakhirinya dengan hasad. Supaya kita sadar bahwa itu adalah perangai yang paling buruk". [Alkasyfu wal Bayan (10/ 340)]

4.      Peringatan Rasulullah
Mengenai hal ini, Rasulullah shalawullahi wa salamuhu 'alaih juga sudah mengingatkan kita semua. Mungkin peringatan beliau ini terlupa dari ingatan, mungkin tidak sampai ke telinga, atau mungkin juga hanya tersimpan rapat di tulisan. Rasulullah bersabda: "Jangan kalian saling dengki". [HR. Bukhari (6065) dan Muslim (2558)]

Berikut ini dua komentar ulama seputar hadits yang dibawakan oleh Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu barusan:

"Hati-hatilah dengan penyakit hasad, baik terhadap harta seseorang, pangkatnya  ataupun segala hal yang bersifat duniawi. Karena hal itu tercela. Penyakit hasad ini kebalikan dari sifat ghibthah (iri yang terpuji, Pen), yaitu iri dalam urusan akhirat. Disamping itu, hasad juga akan menghanguskan pahala kebaikan yang pernah dikerjakan oleh pelakunya. Ujung-ujungnya, hasad akan menyeret pelakunya kepada perbuatan ghibah (menyebarkan kejelekan, Pen) orang yang didengkinya. Sehingga pahala kebaikan si pendengki akan berpindah ke orang yang didengki tadi melalui ghibah tadi. Jelas, orang yang didengki semakin bertambah untung, sedangkan si pendengki semakin merugi, dunia dan akhirat" ungkap Alqary. [Lihat: Mirqatul Mafatih (8/ 3155)]

"Di dalam hadits ini, ada larangan untuk iri dengan nikmat orang lain. Allah telah melarang para hambanya yang beriman agar tidak iri dengan nikmat dan karunia orang lain. Namun, Allah menyuruh kita agar meminta kepada-Nya nikmat tadi" komentar Ibnu Battal. [Syarhu Shahihil Bukhari (9/ 258)]

Maka, jangan sampai kita terjerumus ke dalam sifat tercela ini, atau membiarkannya menghiasi daftar sifat kita. Ada larangan, ada celaan, bahkan ada ancaman yang tidak main-main terhadap sifat jelek yang satu ini dan terhadap pelakunya.

Mudahan Allah menjauhkan kita semua dari sifat ini dan mengarahkan kita untuk senantiasa qana'ah terhadap setiap pemberian-Nya, atau paling tidak, jika kita tetap berharap nikmat seperti nikmat orang lain maka kita tidak hasad terhadap orang itu, melainkan meminta kepada Allah, Sang Pemberi segala nikmat para makhluk.

Sekian dan semoga bermanfaat.