Assalamu'alaikum

header ads

Hari Ke-6

Faedah 11: Gaya Mengajar Setiap Guru

Selama menempuh pendidikan hingga saat ini, ada banyak guru yang mengajarkan ilmu mereka kepada saya. Tentunya masing-masing memiliki gaya penyampaian dan metode mengajar.


Lumrah bagi sebagian pembelajar ketika mereka menyukai suatu metode dan kurang menyukai metode lainnya. Tidak jarang didapati ada di antara pembelajar yang mengelompokkan guru menjadi dua jenis yaitu guru killer dan guru baik. Namun penyematan label killer tidaklah tepat mengingat konotasinya yang terkesan negatif.


Menurut saya pribadi, setiap guru mempunyai metode dan gaya masing-masing dalam menyampaikan ilmunya di kelas. Ada yang sangat disiplin terkait kehadiran dan pemberian nilai. Ada yang sangat longgar dalam kehadiran dan pemberian nilai. Ada pula selain dari dua model disebut.


Di antara sekian banyak guru, biasanya yang paling berkesan dan paling dikenang adalah guru yang paling baik dan guru yang sebaliknya.



Saya sangat menyukai guru yang ketat dan disiplin serta memberi tugas yang berat. Alasannya cukup sederhana, karena model guru seperti ini akan mendorong saya untuk mengeluarkan semua potensi saya hingga titik maksimal atau paling tidak memaksa saya secara tidak langsung untuk keluar dari zona nyaman sebagai seorang pembelajar.


Bisa jadi hasilnya tidak langsung dapat dirasakan, akan tetapi akan sangat terasa dan terkenang di kemudian hari. Inilah yang saya rasakan selama ini.


Saya pernah punya guru di bangku pasca sarjana baik di program master maupun doktoral, beliau bernama Syekh Prof. Dr. Muhammad Abu Saif Al-Juhani hafidzahullah. Jika biasanya UTS (ujian tengah semester) berlaku sekali dalam satu semester, hal tersebut tidak berlaku bagi beliau.


Beliau melaksanakan UTS sebanyak tiga kali di mana setiap UTS bernilai 10 poin saja. Uniknya, beliau memberi tugas membaca buku tebal sekitar 300 halaman lalu mengadakan UTS pertama berdasarkan apa yang kami baca dari buku tersebut. Sebulan setelah itu, beliau memberi tugas baca buku tebal yang lain lalu melakukan UTS kedua dan begitu kiranya UTS ketiga.


Belum lagi tugas untuk meringkas buku yang cukup tebal dan rumit dipahami atau tugas menulis paper ilmiyah seputar bahasan yang sudah ditentukan.


Awalnya terasa berat bagi kami. Hampir semua pembelajar di kelas sepakat mengeluhkan metode beliau yang cukup berat untuk dijalani; terlebih waktu dan tenaga kami tidak hanya untuk MK (mata kuliah) beliau saja, tetapi ada MK lain yang diampu oleh dosen lain.


Kendati demikian, hasil yang saya rasakan dari metode beliau sangat berkesan di mana sekarang saya memiliki ringkasan buku-buku penting di bidang akidah yang pernah diujikan tersebut. Kebiasaan saya dalam belajar dan memahami suatu buku ialah dengan membuat ringkasannya dalam bentuk mindmap sehingga sangat memudahkan saya untuk menguasai isinya sekaligus menghafalkan intisarinya.


Alhasil sampai sekarang saya masih menyimpan dengan rapi ringkasan-ringkasan tersebut dan memurajaahnya kembali tanpa perlu membaca buku aslinya yang cukup tebal.


Bisa jadi kalau beliau tidak menyuruh kami untuk membaca buku-buku tersebut lalu mengujikan materinya maka kami tidak membaca buku-buku penting tersebut sampai saat ini.


Demikianlah keberadaan guru bagi pembelajar. Apa pun metode yang digunakan dan gaya penyampaiannya kita mesti memandangnya dari sudut pandang positif sehingga nanti bisa memetik manfaat darinya.


Semoga Allah melimpahkan keberkahan, kemuliaan, dan ganjaran kepada setiap guru yang pernah mengajari kita suatu ilmu. Amin.


Terakhir, Apakah Anda adalah pembelajar atau punya anak yang sedang menempuh pendidikan? Ada baiknya doa berikut sering dipanjatkan:


اللهم إني أسألك علما نافعا، ورزقا طيبا، وعملا متقبلا


Bacanya: “Allahumma inni as’aluka ‘ilman nafi’a wa rizqan thayyiba wa ‘amalan mutaqabbala.”


Artinya: “Ya Allah aku meminta kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amal yang diterima.”


Demikian. Semoga bermanfaat.


Kota Nabi, 20 Januari 2023

Syadam Husein Alkatiri

Posting Komentar

0 Komentar