Assalamu'alaikum

header ads

Khutbah Bulan Muharram, Refleksi Diri Dalam Ketaatan

Bulan Muharram, Refleksi Diri Dalam Ketaatan

Oleh: Dr. Syadam Husein Alkatiri


Pembaca setia Alukatsir.com yang dirahmati Allah, kita telah memasuki bulan Muharram, salah satu dari empat bulan mulia (Al-Asyhur Al-Hurum) yang diagungkan dalam syariat Islam. Keagungan bulan ini ditegaskan dalam firman Allah Ta’ala:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ ۚ

Artinya: "Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu." [QS. At-Taubah: 36]

Ayat ini dipertegas oleh sabda Rasulullah dari hadis Abu Bakrah radhiyallahu  anhu:

"Sesungguhnya satu tahun itu terdiri dari dua belas bulan. Dari dua belas bulan tersebut, ada empat bulan haram. Tiga bulan di antaranya datang berturut-turut: Zulkaidah, Zulhijah, dan Muharram. Adapun bulan yang keempat adalah Rajab Mudhar, yang terletak antara Jumadil Akhir dan Syakban." [HR. Bukhari no. 3197 dan Muslim no. 1679]

Dalam penutupan ayat tersebut, Allah mengingatkan, "Maka janganlah kalian menzalimi diri kalian sendiri pada bulan-bulan haram ini." Para ulama menjelaskan bahwa terdapat korelasi yang erat antara larangan menzalimi diri sendiri dengan pengagungan terhadap bulan-bulan mulia ini. Meskipun kezaliman dilarang kapan pun, larangan tersebut menjadi jauh lebih ditekankan dan ditegaskan pada bulan-bulan haram ini, termasuk Muharram.


Tiga Bentuk Kezaliman yang Wajib Diwaspadai

Terdapat tiga bentuk kezaliman mendasar yang harus diwaspadai dan dijauhi oleh setiap hamba, terutama di bulan Muharram ini:

1. Kezaliman Terbesar: Menyekutukan Allah (Syirik)

Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

Artinya: "Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar." [QS. Luqman: 13]

Tidak ada kezaliman yang lebih besar daripada seorang hamba menyekutukan dan menduakan Tuhannya, Dzat Yang Maha Menciptakan dan menanggung rezekinya. Dalam ayat lain, Allah menegaskan:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا

Artinya: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar." [QS. An-Nisa: 48]

Penerapan: Di era informasi ini, syirik dapat mengambil bentuk-bentuk baru, seperti menyembah materi, mengejar kekuasaan dengan cara tidak halal, atau meyakini bahwa kesuksesan semata-mata karena usaha pribadi tanpa campur tangan Ilahi. Ketika seseorang meletakkan harapannya sepenuhnya pada koneksi, uang, atau bahkan pada teknologi tanpa mengingat bahwa semua itu adalah karunia Allah, ia telah mendekati bentuk kesyirikan modern. Hindarilah keyakinan, perkataan, dan perbuatan yang mengarahkan pada kesyirikan. Janganlah memohon selain kepada Allah, janganlah menyembelih untuk selain-Nya, dan janganlah menggantungkan hati kepada selain-Nya. Karena, jika seseorang meninggal dalam keadaan syirik, Allah tidak akan mengampuninya.

2. Kezaliman Terhadap Sesama Manusia

Kezaliman terhadap sesama manusia adalah dosa yang fatal. Ketika kezaliman merajalela dalam suatu masyarakat, kehancuran dan malapetaka akan segera menyertainya. Allah Ta’ala berfirman dalam hadis qudsi:

يَا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلَا تَظَالَمُوا

Artinya: "Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku, dan Aku telah menjadikannya haram di antara kalian, maka janganlah kalian saling menzalimi." [HR. Muslim no. 2577]

Bahkan, dalam hadis qudsi yang lain, Allah menegaskan:

"Demi keagungan dan kemuliaan-Ku, Aku akan membantumu (orang yang terzalimi) walau setelah sekian waktu berlalu." [HR. Tirmidzi no. 2322 dan Ahmad no. 8056]

Penerapan: Kezaliman terhadap orang lain adalah muara segala keburukan di dunia ini. Mari kita introspeksi: apakah kita masih menzalimi pasangan hidup, anak-anak, orang tua, tetangga, bawahan, pekerja, atau bahkan atasan kita? Bentuk kezaliman ini bisa beragam, dari perkataan kasar, tidak menunaikan hak, memanipulasi informasi, korupsi, hingga mengambil yang bukan hak kita.

Nabi mengingatkan:

"Barang siapa di antara kalian melakukan kezaliman kepada saudaranya, maka hendaklah dia segera menghalalkan hal itu hari ini, sebelum nanti terjadi hari di mana tidak ada lagi dinar ataupun dirham." [HR. Bukhari no. 2449]

Pada Hari Kiamat kelak, jika pelaku kezaliman masih memiliki amal saleh, amal tersebut akan diambil dan dialihkan kepada orang yang dizaliminya seukuran kezaliman yang ia lakukan. Jika amal salehnya habis, maka dosa orang yang terzalimi akan dilimpahkan kepadanya. Oleh karena itu, Rasulullah bersabda:

"Jauhilah kezaliman, karena sesungguhnya kezaliman akan menjadi kegelapan-kegelapan pada hari kiamat kelak." [HR. Muslim no. 2578]

3. Kezaliman Terhadap Diri Sendiri

Allah Ta’ala berfirman:

فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

Artinya: "Maka janganlah kalian menzalimi diri kalian sendiri pada bulan-bulan haram ini." [QS. At-Taubah: 36]

Bentuk kezaliman ini adalah ketika seorang hamba terjerumus dalam kemaksiatan dan dosa yang mendatangkan murka Allah, dan ia enggan meninggalkannya. Ini adalah bentuk penganiayaan terhadap diri sendiri yang akan mendatangkan masalah di dunia dan akhirat.

Penerapan: Kezaliman terhadap diri sendiri seringkali muncul dalam bentuk mengabaikan kesehatan fisik dan mental, terjebak dalam kebiasaan buruk yang merusak (misalnya, kecanduan gawai, pornografi, atau gaya hidup boros), menunda-nunda kebaikan, atau bahkan membiarkan diri terlarut dalam kesedihan dan keputusasaan tanpa berusaha bangkit. Muharram ini adalah momen untuk memulai detoksifikasi diri dari segala bentuk kemaksiatan dan dosa yang telah melekat. Mari kita introspeksi diri: adakah kezaliman yang masih tersisa dalam diri kita, baik terhadap Allah, sesama, maupun diri sendiri?


Ibadah Spesial di Malam Bulan Muharram: Puasa Asyura

Salah satu ibadah yang sangat ditekankan di bulan Muharram adalah puasa Asyura (tanggal 10 Muharram] Sebagaimana diceritakan dalam hadis, ketika Nabi pertama kali tiba di Madinah, beliau mendapati kaum Yahudi berpuasa pada tanggal 10 Muharram. Setelah bertanya alasan mereka berpuasa—yaitu sebagai ungkapan syukur atas keselamatan Nabi Musa dan Bani Israil dari Firaun—Nabi bersabda, "Kami lebih berhak terhadap Musa daripada kalian." [HR. Bukhari no. 3394 dan Muslim no. 1130]

Maka, Nabi berpuasa pada tanggal 10 Muharram dan memerintahkan para sahabat untuk melakukannya. Kemudian, beliau berkeinginan untuk tidak menyerupai Yahudi, sehingga beliau bersabda:

"Seandainya aku masih memiliki umur sampai tahun depan (Muharram depan), niscaya aku akan berpuasa juga pada tanggal 9-nya (Tasu'a)" [HR. Muslim no. 1134]

Tentang keutamaan puasa Asyura, Nabi bersabda:

"Aku berharap bahwasanya puasa Asyura ini akan menjadi penggugur dosa setahun yang telah lalu." [HR. Muslim no. 1162]

Imam An-Nawawi -rahimahullah- menjelaskan bahwa hadis ini menunjukkan keutamaan bulan Muharram. Setelah puasa Ramadan, puasa terbaik adalah puasa di bulan Muharram. Nabi bersabda:

"Sebaik-baik puasa setelah puasa bulan suci Ramadan adalah puasa pada bulan Allah Muharram." [HR. Muslim no. 1163]

Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan memperbanyak puasa sunah di bulan ini, termasuk puasa Senin Kamis, puasa Ayyamul Bidh (tanggal 13, 14, 15), atau puasa sunah lainnya. Namun, jika tidak mampu melakukan semua itu, janganlah melewatkan puasa Asyura.

Tingkatan Puasa Asyura menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah

Ibnu Qayyim -rahimahullah- dalam kitab Zadul Ma'ad menjelaskan tiga tingkatan puasa Asyura:

 * Tingkatan Tertinggi: Berpuasa pada tanggal 9, 10, dan 11 Muharram. Ini adalah tingkatan yang paling sempurna.

 * Tingkatan Kedua: Berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram.

 * Tingkatan Ketiga (Minimal): Berpuasa pada tanggal 10 Muharram saja. Jangan sampai tingkatan ini terlewatkan.

Semoga Allah Ta’ala meridai kita semua, memudahkan langkah-langkah kita untuk menjauhi berbagai bentuk kezaliman—baik terhadap hak Allah, hak sesama manusia, maupun terhadap diri sendiri—terutama di bulan Muharram ini. Bulan yang diagungkan oleh Allah, di mana perbuatan dosa di dalamnya memiliki nilai yang lebih besar, dan amal ibadah yang dipenuhi keikhlasan diharapkan pahalanya lebih besar daripada di bulan-bulan lainnya.

Demikian, semoga bermanfaat.

 

Catatan:

Tulisan ini berasal dari khutbah yang disampaikan oleh penulis di Masjid Al-Faruq, Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan.

 

Link Video:

https://www.youtube.com/live/x-RXzMiGqAw?si=ue9oV9cEYGb22oAG


Posting Komentar

0 Komentar