Assalamu'alaikum

header ads

Sesi 1 Mukadimah Kitab Al-Qawaid Al-Arba

Membangun Fondasi Akidah yang Kokoh: Kajian Kitab "Al-Qawa'id Al-Arba'"

Oleh: Dr. Syadam Husein Alkatiri -hafidzahullah-

Bismillahirrahmanirrahim. Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasalam.

Pada artikel kali ini, kita akan mendalami ilmu agama yang berkaitan dengan dasar-dasar ilmu akidah demi memperkuat keimanan dan mempertajam pengetahuan seputar hakikat tauhid kepada Allah.

Kita akan memulai kajian kitab fundamental dalam ilmu akidah, yaitu "Al-Qawa'id Al-Arba'" (Empat Kaidah Penting). Kitab ini sangat esensial bagi siapa pun yang ingin memiliki pondasi akidah yang kuat.




Pentingnya Akidah dan Metode Belajar yang Benar

Secara bahasa, akidah berarti "sesuatu yang diikatkan pada hati seseorang." Jika ikatan hati ini bersifat ukhrawi (akhirat), maka ambisi dan tujuan hidup akan terpuji. Namun, jika ikatan hati hanya berorientasi duniawi, maka ambisi tersebut menjadi tidak terpuji. Mempelajari akidah sangat penting untuk menguatkan keimanan kepada Allah, agar ia tertancap kokoh dalam hati.

Penting juga untuk memahami metode belajar yang efektif. Sebagaimana pengalaman di Madinah, di mana banyak sekali majelis ilmu, penting untuk mengikuti satu kajian kitab sampai tuntas dan tidak mudah berpindah-pindah. 

Semangat di awal harus diiringi dengan konsistensi agar ilmu yang didapatkan benar-benar meresap dan bermanfaat, tidak terputus di tengah jalan yang berujung pada rasa futur (malas) dan tidak adanya hasil nyata.

Semoga Allah memudahkan kita untuk menuntaskan pembahasan kitab ini dan menjadikannya ilmu yang bermanfaat di dunia dan akhirat.

Mengenal Kitab "Al-Qawa'id Al-Arba'"

Kitab "Al-Qawa'id Al-Arba'" (Empat Kaidah) ini ditulis oleh seorang ulama besar, Syekh Al-Imam Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman At-Tamimi An-Najdi.

Beliau lahir pada tahun 1115 H dan wafat pada tahun 1205 H, meninggalkan banyak karya monumental yang manfaatnya masih dirasakan umat Islam hingga kini.

Tujuan utama kitab ini adalah menjelaskan empat kaidah penting tentang hakikat tauhid dan hakikat syirik. Kita akan memahami secara jelas apa itu tauhid dan apa itu syirik.

Kajian ini akan disajikan secara ringkas dan fokus pada poin-poin terpenting, diperkirakan akan selesai dalam 5-6 artikel.

Doa Pembuka Kitab: Sebuah Permohonan Agung

Penulis memulai kitabnya dengan "Bismillahirrahmanirrahim," mengikuti Al-Qur'an dan surat-surat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta memohon pertolongan dan keberkahan dari Allah.

Kemudian, Syekh memanjatkan doa agung:

"Aku mohon kepada Allah yang Maha Mulia, pemilik 'Arsy yang sangat besar, agar Dia mengurus urusanmu di dunia dan akhirat."

 * 'Arsy adalah makhluk terbesar dan tertinggi yang Allah ciptakan, jauh lebih besar dari langit, bumi, bahkan Kursi (tempat pijakan kedua kaki Allah). 'Arsy berada di atas seluruh alam semesta.

Doa ini memohon agar Allah mengurus urusan kita secara khusus, tidak hanya kepengurusan umum yang berlaku bagi semua makhluk.

Kepengurusan khusus ini meliputi pertolongan Allah dalam mewujudkan harapan, menghilangkan ketakutan, memberikan jalan keluar dari kesulitan, dan membimbing dalam setiap pilihan hidup.

"Dan semoga Allah menjadikanmu orang yang penuh berkah di mana pun engkau berada."

 * Berkah memiliki dua makna: kebaikan yang terus-menerus ada (berkesinambungan) dan kebaikan yang terus berkembang dan bertambah (tumbuh). 

Keberkahan ini dapat berlaku pada umur (banyak amal saleh meski usia pendek, seperti Imam Nawawi), keluarga (istri yang baik, anak yang saleh), harta (bermanfaat untuk kebaikan), dan kendaraan (digunakan untuk kebaikan).

Selain itu, Syekh juga mendoakan agar pembaca diberi tiga kunci kebahagiaan:

 * Bersyukur ketika diberi kelebihan/nikmat. Syukur ditunjukkan dengan hati (meyakini karunia Allah), lisan (menyandarkan nikmat kepada Allah), dan anggota tubuh (menggunakan nikmat dalam ketaatan atau hal mubah).

 * Bersabar ketika diberi musibah/penderitaan. Sabar meliputi sabar dalam ketaatan, sabar meninggalkan kemaksiatan, dan sabar menjalani takdir Allah.

 * Beristigfar (memohon ampun) ketika melakukan dosa/kesalahan. Istigfar harus dilakukan segera tanpa menunda.

Memiliki tiga ciri ini adalah kunci kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Hakikat Tauhid dan Tujuan Penciptaan

Setelah doa-doa pembuka, Syekh kemudian masuk ke pembahasan inti kitab:

"Camkanlah, semoga Allah membimbingmu untuk taat kepada-Nya, bahwasanya Hanifiah (agama Nabi Ibrahim Alaihissalam) adalah engkau menyembah Allah semata, memurnikan agama ini hanya untuk Allah."

Ini selaras dengan firman Allah dalam QS. Adz-Dzariyat: 56, "Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah-Ku (memurnikan ibadah untuk-Ku)."

Ayat ini menegaskan bahwa tujuan utama penciptaan jin dan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah semata. Segala fasilitas dan nikmat hidup yang Allah berikan—makanan, minuman, pernikahan, anak, tempat tinggal, kendaraan, hingga anggota tubuh—bukanlah tujuan utama, melainkan sarana untuk menjalankan tugas dan kewajiban utama kita di muka bumi ini, yaitu beribadah kepada Allah.

Manusia dimuliakan karena memiliki tujuan hidup yang lebih mulia dari sekadar memenuhi kebutuhan biologis; yaitu penghambaan diri kepada Allah.

Semoga mukadimah kitab "Al-Qawa'id Al-Arba'" ini semakin menyadarkan kita akan makna sejati kehidupan di dunia.

Kesimpulannya, kita diperbolehkan untuk bersenang-senang dan menikmati fasilitas hidup dalam koridor syariat, namun tetap memiliki kewajiban yang sama di hadapan Allah: menyembah-Nya semata dan tidak menduakan-Nya.

Semoga melalui artikel ini kita mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan ini dicatat sebagai pemberat amal kebaikan kita di akhirat kelak.

Semoga bermanfaat.

Catatan:

Sumber tulisan ini berasal dari kajian yang diselenggarakan di Masjid Salman Al-Farisi, Banjarbaru Kalimantan Selatan

https://www.youtube.com/live/cQUccGX4aoA?si=q8bA0V0hRzC2WFQU



Posting Komentar

0 Komentar