"Segala sesuatu yang ditujukan kepada Allah semata niscaya ia akan tetap ada, tak lekang oleh masa"
foto via hdwallsource.com |
Beliau
hanya melontarkan kalimat indah tadi sebagai jawaban untuk mereka.
Sungguh kata-kata yang sarat akan keyakinan seorang mukmin bahwa Allah
tidak akan menyia-nyiakan usaha hambaNya jika hamba tadi berusaha
memurnikan tujuaannya hanya untuk Allah semata.
Kata-kata indah yang menggambarkan kebersihan hati pemiliknya dari berbagai penyakit hati semacam ujub (bangga diri) maupun hasad (iri hati), justru menampakkan sikap tawadu' (rendah hati) beliau.
Beliau tidak sekalipun menjawab dengan ucapan "kitab-kitab muwaththa yang ada itu kurang berbobot, tidak bagus", tidak pula dengan ucapan "Aku ingin kitab muwaththa ku lah yang akan disenangi dan dikenal luas di masyarakat".
Tidak.
Sekali-kali beliau tidak menjawab seperti itu. Jawaban rendah yang
menunjukkan jiwa yang kerdil dan mental yang hanya secuil. Jawaban yang
mengindikasikan sikap sombong dan ujub pengucapnya. Ataupun
jawaban yang mengisyaratkan hasrat pemiliknya untuk tampil menonjol dan
menyaingi penulis-penulis lain. Sekali lagi tidak!
Beliau
rahimahullah dengan santun dan penuh adab menjawab dengan jawaban bahwa segala hal
yang dipersembahkan untuk Allah niscaya Allah akan menjadikannya kekal
bertahan, tidak pudar ditelan masa.
Jika
menuntut ilmu kita, ceramah kita, tulisan kita, situs kita, video kita,
dan lain-lainnya yang berhubungan dengan kehidupan kita, jika memang
disitu ada keikhlasan yang tersemat, jika memang hanya ada niatan meraih
pahala dan ridha Pencipta maka sungguh demi Allah, itu semua akan tetap
bertahan bahkan ketika kita sudah berada di alam kubur sekalipun.
Begitulah
kiranya pesan yang coba ditanamkan oleh imam besar tadi. Beliau ingin
menerangkan bahwa ketika ada keikhlasan yang menyertai suatu usaha,
suatu amal perbuatan maka itu akan berhujung manis sembari ada
pengharapan agar amal perbuatan tersebut diterima oleh Sang Pencipta dan
Pengatur semesta.
Makanya
tidak heran jika seorang ulama sekaliber Ibnul Mubarak ikut berkomentar
perihal sepak terjang Imam Malik, "Sungguh, Aku tidak dapati ada yang
begitu dikenal luas dan berilmu tinggi melebihi Malik. Aku cermati dia
bukanlah orang yang punya banyak amalan shalat dan puasa. Namun Aku
mengira bahwa dia memiliki amalan tersembunyi" tutur Imam Ibnul Mubarak.
Jika
banyak-banyakan amalan shalat dan puasa maka ada yang jauh lebih banyak
shalat dan puasanya ketimbang Imam Malik. Namun justru yang lebih
terkenal di tengah-tengah kaum muslimin di zaman itu adalah Imam Malik
bin Anas.
Begitu
pula halnya para penuntut ilmu. Jangan terlalu memikirkan tentang
bagaimana agar dikenal dekat dengan syeikh atau ustadz. Jangan terlalu
fokus dengan pilihan kata dan gaya bertutur kata ketika menyampaikan
kajian. Jangan pula terlalu memperhatikan penampilan ketika tampil di
depan namun melupakan sisi keikhlasan.
Bukan
berarti penulis melarang itu semua. Bukan. Maksud penulis adalah agar
kita berusaha tidak melupakan inti yang sesungguhnya dari setiap amalan,
yaitu keikhlasan.
Jika
kita berupaya agar amal perbuatan kita tertuju untuk Allah maka tidak
masalah hal-hal yang diatas tadi juga diperhatikan seperti pilihan kata,
gaya penyampaian, dan penampilan. Itu ibarat kebaikan kuadrat.
Silahkan
perhatikan pilihan kata indah, penyampaian yang bagus, dan penampilan
yang memukau. Tetapi jangan dilupakan unsur paling pentingnya yaitu "ma kana lillahi baqin" (yang tertuju untuk Allah itulah yang bertahan).
Sungguh,
tidak sedikit kita dapati syeikh atau ustad yang penyampaiannya begitu
sederhana, bahkan cenderung mendatangkan kantuk, kata-katanya biasa
namun Allah limpahkan berbagai keutamaan padanya sebagai cerminan ridha
dariNya. Baik itu dengan semakin bertambahnya murid-murid beliau atau
pun semakin harumnya nama beliau.
Sungguh,
jika kita cermati pula, ada penulis yang gaya penulisannya sangat
biasa, diksi atau pilihan katanya pun juga sederhana, namun tulisan
beliau sangat terkenal dan tersebar luas di tengah-tengah kaum muslimin.
Allahu akbar. "Ma kana lillahi baqin".
Kata-kata
yang begitu dalam kandungan maknanya. Semoga Allah memudahkan kita
semua meniti jalan mereka, orang-orang yang berbahagia karena meraih
cinta dan ridha Pencipta dari kalangan para nabi dan salafus shalih (para sahabat, tabi'in, dan tabiut tabi'in). Amin ya Rabbal 'Alamin.
Semoga tulisan kali ini bermanfaat.
0 Komentar