Assalamu'alaikum

header ads

Standar Ganda Yang Dulu Pernah Dilakukan Orang-Orang Di Masa Jahiliyah

Tidak ada satu pun makhluk di alam semesta ini melainkan Allah-lah yang menetapkan kadar rezeki dan memberikannya kepada masing-masing dari mereka. Hal ini tidaklah berbeda dengan fakta lain bahwa tidak ada satu pun makhluk melainkan Allah-lah yang menciptakan mereka dengan beragam bentu dan rupa sesuai dengan ilmu, hikmah, dan kehendakNya.

Ketika menyadari dua fakta di atas, kita akan dihadapkan kepada fakta lain yang tidak kalah kuat di mana kita akan semakin menyadari kemahabesaran Allah dan semakin mengerti ketidakpantasan makhuk untuk disertakan ke dalam hak Allah, siapa pun dia.


Untuk keterangan lebih jelas mari simak langsung firman Allah berikut ini:


  وَٱللَّهُ فَضَّلَ بَعۡضَكُمۡ عَلَىٰ بَعۡضٖ فِي ٱلرِّزۡقِۚ فَمَا ٱلَّذِينَ فُضِّلُواْ بِرَآدِّي رِزۡقِهِمۡ عَلَىٰ مَا مَلَكَتۡ أَيۡمَٰنُهُمۡ فَهُمۡ فِيهِ سَوَآءٌۚ أَفَبِنِعۡمَةِ ٱللَّهِيَجۡحَدُونَ


“Allah melebihkan sebagian kamu atas sebagian yang lain dalam hal rezeki, tetapi orang yang dilebihkan (rezekinya itu) tidak mau memberikan rezekinya kepada para hamba sahaya yang mereka miliki, sehingga mereka sama-sama (merasakan) rezeki itu. Mengapa mereka mengingkari nikmat Allah?” QS. An-Nahl: 71


Kemudian mari simak tafsiran salah satu ulama tafsir, yaitu Al-Allamah Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah. Beliau dalam Tafsirnya (hal. 444) memberikan penjelasan bagus terkait ayat ini:


وهذا من أدلة توحيده وقبح الشرك به، يقول تعالىكما أنكم مشتركون بأنكم مخلوقون مرزوقون إلا أنه تعالى: (فَضَّلَ بَعْضَكُمْعَلَى بَعْضٍ فِي الرِّزْقِفجعل منكم أحرارا لهم مال وثروة، ومنكم أرقاء لهم لا يملكون شيئا من الدنيا، فكما أن سادتهم الذينفضلهم الله عليهم بالرزق ليسوا (بِرَادِّي رِزْقِهِمْ عَلَى مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَهُمْ فِيهِ سَوَاءٌويرون هذا من الأمور الممتنعة، فكذلك منأشركتم بها مع الله، فإنها عبيد ليس لها من الملك مثقال ذرة، فكيف تجعلونها شركاء لله تعالى؟هل هذا إلا من أعظم الظلم والجحود لنعم الله؟!! ولهذا قال: (أَفَبِنِعْمَةِ اللَّهِ يَجْحَدُونَفلو أقروا بالنعمة ونسبوها إلى من أولاها،لما أشركوا به أحدا.


“Ayat ini merupakan dalil yang menekankan betapa agungnya tauhid sekaligus betapa hinanya syirik. Allah Ta’ala mengingatkan: Kalian semua memiliki status yang sama sebagai makhluk, yaitu sama-sama diberi rezeki, akan tetapi Allah melebihkan sebagian kalian dari pada sebagian yang lain terkait rezeki tersebut. 


Ada yang Allah jadikan sebagai manusia merdeka yang mempunyai harta kekayaan yang berlimpah. Ada pula yang Allah jadikan hidupnya sebagai hamba sahaya tanpa harta yang bekerja pada orang-orang kaya tersebut.


Majikan yang kaya itu tentu tidak mau membagi harta kekayaannya kepada budak; karena menganggap hal demikian itu terlarang dan si budak tidak pantas menerimanya.


Maka demikian pula dengan perbuatan kalian yang menyekutukan Allah dengan selainNya. Makhluk yang kalian agungkan dan sembah itu sebenarnya budak Allah yang tidak memiliki daya sedikit pun atas dirinya. Lantas bagaimana bisa kalian justru menyekutukan Allah dengan si budak!?


Perbuatan kalian  tentunya merupakan kezaliman terbesar dan pengingkaran terhadap nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepada kalian.


Sebab itulah Allah menutup ayat ini dengan penyataan: “Mengapa mereka mengingkari nikmat Allah!?” Karena jikalau orang-orang yang menyekutukan Allah dengan makhluk itu sadar bahwa semua nikmat yang dirasakan berasal dari Allah semata niscaya mereka tidak akan menyekutukan Allah dengan satu pun makhluk.”



Catatan:

Pada masa jahiliyah silam, hampir tidak didapati seorang pun majikan yang mau membagi harta kekayaannya dengan budak yang dibelinya. Si budak harus melayani majikannya walaupun tanpa imbalan, karena dirinya dianggap sebagai aset milik sang majikan yang bisa diperjualbelikan. Ia tidak berhak atas harta majikannya. 


Mereka tidak rela membagi kepunyaan dan hak mereka kepada para budak karena menilainya sebagai hal yang tidak boleh dilakukan. Lantas kenapa mereka justru menganggap apa yang menjadi kepunyaan Allah (baca: hak-hak Allah) boleh dibagi kepada makhluk yang tidak lain adalah budak Allah!? Sungguh perbuatan yang kontradiktif, bukan?


Apabila orang-orang musyrikin masa itu mau menyadari bahwa manusia, baik yang hidup maupun yang meninggal, semuanya adalah budak Allah, seharusnya mereka mengakui bahwa menyandingkan budak dengan Allah Pemilik semesta alam terkait persembahan ibadah, apapun bentuk ibadah tersebut tidaklah pantas mereka lakukan; mengingat mereka sendiri enggan berbagi harta dengan budak-budak mereka.


Namun nyatanya mereka tidak bergeming dari perbuatan syirik mereka yang menganggap sesembahan-sesembahan mereka hanyalah sebagai perantara/penyambung hajat mereka kepada Allah. Mereka enggan mengucap kalimat tauhid karena menyadari betul konsekuensinya yaitu mereka harus meninggalkan perbuatan yang selama ini mereka lakukan.


Inilah standar ganda yang dulu dilakukan orang-orang musyrikin. Mereka menilai hak mereka tidak boleh dibagi dengan hamba sahaya mereka, akan tetapi memperbolehkan hak Allah untuk dibagi dengan makhluknya yang tidak lain adalah budak Allah. Ayat ini mengingatkan mereka agar menyadari kekeliruan mereka.


Demikian. Semoga bermanfaat.


#tauhid

#alukatsir

Posting Komentar

0 Komentar